Inisiatif, sebuah kata yang mungkin terdengar sangat busuk, ketika "kata" itu tak ter-realisasi-kan dengan kata kata. Seorang dosen bukanlah peramal, bukan juga seperti dokter di film spongebob episode broken spatula, saat spongebob nanya kondisi spatula kesayangannya sama doi, terus si doi jawab "sepertinya kita harus berani untuk mengambil tindakan mengganti spatula baru"(muka serius), spongebob bilang, "ah, apa harus seperti itu, dokter?!", doi bilang, "aku bukan dokter, emmm, aku hanya aktor yang mencari peran!"(nyengir puas) #sakjane ra nyabung. Memang, semu dosen tentu menguasai ilmu kejiwaan, mengetahui kondisi jiwa mahasiswa, namun ingatlah, dosen bukanlah seorang paranormal, yang dapat meramalkan apa apa yang akan dilakukan mahasiswanya. Ada saatnya kita ternyata berpikiran sama dengan pola pikir dosen, namun susah untuk mengeluarkan si inisiatif sialan tadi, kemudian apa yang anda lakukan? gigit jari? nggerus tembok? atau? maaf, anda terlambat, pasti itu yang akan dikatakan narator, jika anda mendapat peran di kartun spongebob.
Sulit memang, jika hal ini telah me-watak, tertanam, temancep didalam diri kita, namun apa sih yang nggak bisa diubah?, kata orang orang, "asalkan ada kemauan, pasti ada jalan!", tapi itu biasa, tidak berlaku bagi saya, saya nyaman nyaman saja, sudah biasa ngampet unek unek (halah, dari tadi mbok dikata "unek unek" saja, ndadak inisiatif, sok akademik! oke mulai sekarang unek unek) terbukti, saya dicap sebagai manusia yang mengundang tanya, abstrak atau apalah kita menyebutnya. Bagi saya tidak masalah. Biar dikata apa juga, i'm still raurusan pokok e, its me, not you!!! #nyunting dari status temen.
Lalu apa solusianya??
TIDAK ADA
#ra niat nulis