Pages

"Kantong ketawa anda memang suatu anugrah paling indah yang tuhan pernah kasih, hendaknya digunakan sebaik baiknya, dan jangan berlebihan sebelum sindrom tuna ketawa menggerogoti hidup anda"

Senin, 23 Mei 2016

dari dan oleh aku untuk segala bias



Dalam segala keterasingan ini,
segala bias-bias yang menderu di sela-sela proyek penyadaran baru ini.
Dalam segala ketimpangan moral yang dikategorikan semena-mena,
Dalam segala titik balik moral yang hadir dari percikan postulat-postulat kaku ini
Aku hilang.. 

Dalam biji-biji kenangan yang terbungkusi daging realita ini,
Dalam keterjejalan nafas yang mendengus 
dan semburat kerut yang bertekstur kelabu ini,
Dalam fase membusuk nya nurani yang terlalu lama kosong dan sakit ini
Aku hilang. Lagi…..

Yogyakarta, 23 Mei 2016

Minggu, 03 Januari 2016

Dalam sebuah komuni


Tiba tiba aku telah ada dalam sebuah kerumunan, dengan rentetan antrean yang panjang, dengan sumringah dan menampakkan muka berseri terbaik. Menampilakan santiaji dan tipuan bahasa yang menarik dan formal dan penuh tipu daya dan seolah tak ada yang buruk dan yang ada hanya yang baik baik saja. Tiba tiba semua melirik setiap ada yang berbeda dari mereka yang tidak berbeda. Tiba tiba kerumunan antrean menuju kerumunan antrean yang lain, dan kerumunan antrean yang berbeda lagi menuju ke kerumunan antrean yang berbeda lagi. Tiba tiba semua bungkam dan tersisa sunyi dan penuh teka teki. Semua berfoto dengan kadar bahasa artifisial kekinian yang berbeda beda. Tiba tiba semua bersedih lalu nampak bahagia, bagaimana bisa? Dalam sebuah komuni apakah ini?
Tiba tiba aku telah ada dalam sebuah komuni yang berbeda lagi, nampak berderet dan berbaris antrean yang disesak i cemas, cemas yang di sesaki tunggu, tunggu yang di sesaki nanti. Tiba tiba aku mengayunkan sebuah centong bulat seperti cup bra dan berisikan kuah entah apa nama nya ke dalam mangkuk kecil ku. 
Tiba tiba aku telah berada lagi dalam sebuah komuni formal namun bersahaja. Masing masing berpasangan, aku pun juga. Masing masing mengobrol basa basi menceritakan beragam cerita nyata yang dipenuhi sentimen dan menjaga panji panji kebenaran. Tiba tiba semua nampak bahagia, bahagia yang dipenuhi aspek kebahagiaan buatan dan bahagia yang dipenuhi nafas tersengal yang menjadi jadi. Tiba tiba semua menampakkan berbagai satir rekaan agar nampak lucu dan eksentrik dan menarik. Tiba tiba semua menerobos dalam kebisingan sunyi yang monokrom.
Tiba tiba aku ada lagi dalam sebuah komuni yang santai dan dipenuhi muda mudi. Tiba tiba aku ditumpahi segala dendam dan ketidak puasan atas masa lalu yang di manifestasikan dalam sebuah komuni yang beragam. Tiba tiba aku nampak cemas dan nampak bisa mengikuti bahasa kepura puraan yang ditutupi topeng kemegahan yang lika liku nya terkadang diterobos kesalahan tak sengaja. Tiba tiba aku ikut menanggung dosa dan khilaf masa lampau yang tak mungkin bisa dikembalikan....
3 Januari 2016. Dari kondangan ke kondangan.

Minggu, 18 Oktober 2015

Cerita tentang bayangan.

Jauh nan di seberang lautan penuh desir ombak tak henti henti sana, hidup sebuah bayangan yang tak juga mau beranjak dalam sebuah goa karang keterasingan. Bayangan yang kilat nya tak cukup sekali panjang mata memandang dan sapuan kilatannya tak cukup kuat dilihat oleh mata telanjang. Bayang dalam gelap. Gelap yang memakan bayang. Gelap sendiri pun adalah bayangan yang telah lelah untuk mengkilat, sehingga mengendap dalam ruang dan bisu oleh karang yang mana riak terus menghantam dinding dinding keras nya.
Deru mengaum seperti singa di padang pasir, bebas teriak seperti samudra. Menelangkupkan segala bentuk gelombang yang pecah dengan sendirinya oleh sapuan angin yang mengamuk padahal sebenarnya tak mau.
Bayang tak juga mau mengaum, padahal hanya cukup sekali kilat semua tersapu, seluruh samudra hilang hingga menjadi gurun. Siapa terkena dan masih dalam bayangan akan terasuk pula kekuatan maha dahsyat yang seperti perubahan samudra menjadi gurun. Hati yang dengan bayangan tak mampu enyah kepada mengikuti waktu, hati yang keras bagai karang tak pelak menghasilkan bumerang yang sangat hitam hingga terlihat sangat putih.

Yogyakarta, 18 oktober 2015. Lagi embuh

Jumat, 11 September 2015

Entah, mana lagi yang dituju..

Suatu ketika saat musim panas tak kunjung usai, kekeringan dimana-mana, penderitaan, penggusuran, ketidak adilan menimpa setiap yang bernafas dan tak cukup punya uang untuk bisa bernafas tenang. Ego tak bisa memaksa untuk menulis kata-kata puitis, namun keadaan saat ini begitu puitik sampai-sampai dringking jar berbentuk lodong tanpa tutup yang ku beli minggu lalu tak juga ku airi dengan se tetes minuman pun.