Pages

"Kantong ketawa anda memang suatu anugrah paling indah yang tuhan pernah kasih, hendaknya digunakan sebaik baiknya, dan jangan berlebihan sebelum sindrom tuna ketawa menggerogoti hidup anda"

Rabu, 21 September 2011

HIV/AIDS sebagai tolok ukur budaya membaca

source : flipmagz.blogspot.com




Terus terang yang menginspirasi tulisan saya kali ini adalah dosen "teknik penulisan saya" yang bercerita mengenai salah satu artikel yang beliau sumbangkan untuk salah satu buku yang kebetulan juga editornya dosen saya pula, saya alhamdulillah lupa judul bukunya, namun yang jelas artikel yang ditulis oleh dosen saya berjudul kira kira "melek huruf dan kesadaran membaca" sebenernya saya kurang yakin mengenai judul tepatnya, yang jelas berbicara mengenai memupuk kesadaran akan budaya membaca, kami belum sempat membaca tulisan tersebut, karena sang dosen memang belum memperlihatnya kepada kami. yang jelas saya sungguh terinspirasi menuliskan sesuatu mengenai hal serupa. 

Sama persis dengan apa yang dosen saya sampaikan, bahwa Indonesia memang diwarisi satu budaya yang hmm, mungkin merupakan sebuah warisan yang bisa dikatakan warisan yang "begitu sial", yaitu warisan "budaya lisan", jadi kita sangat terlalu terbiasa menyampaikan dan mendengar sesuatu melalui apa yang disebut dengan berita lisan, dengan kata lain budaya ini merupakan budaya yang dapat dikategorikan sebagai budaya pemalas, dampaknya sangatlah kita rasakan hingga sekarang, dampak yang begitu besar imbasnya bagi "kebobrokan bangsa" adalah budaya menonton TV yang lebih bisa memberi kepuasan terhadap seseorang daripada membaca sebuah koran, buku, majalah, maupun media cetak lain yang sering kita jumpai sehari hari. Susah memang, setiap saat kita selalu diingatkan guru, dosen, maupun orang tua yang sering kita jumpai sehari hari "anak anak, ayo lah, walaupun barang sejam dua jam, bacalah sesuatu walaupun sedikit" dengan bermacam macam variasi kata selain kata yang saya sampaikan diatas, lalu bagaimana reaksi anda?? saya yakin anda sekejap seperti berhati malaikat dan berniat untuk memperbaiki pola membaca saudara saudara sekalian yang budiman, namun hanya sepersekian detik setelah keluar dari tempat dimana anda mendapat pencerahan, sekejap pula pikiran tersebut hilang dengan cepatnya, mungkin satu lagi budaya warisan leluhur bangsa kita yang perlu kita catat dalam notebook kita dengan pena merah cetak tebal dan font old england new version "termasuk satu warisan leluhur penting yang hingga kini kita rasakan imbasnya adalah budaya oon dan pikun yang berkepanjangan dan begitu kronis". Kembali ke pokok permasalahan utama yang kita bicarakan dari awal dan tak berujung pada solusi yang tepat dan tuntas serta tajam, ternyata tak hanya di indonesia, budaya malas membaca juga terjadi di berbagai belahan dunia bahkan ke negri yang kita kenal sebagai negri adikuasa yang jelas sekali terdapat banyak sekali kaum intelek yang bernaung di negri ini, ada satu fakta menarik seputar membaca di amerika, bahwa "95% buku dibeli oleh 5% orang. Dan sisa 5% buku lainnya dibeli oleh 95% orang yang hampir tidak pernah membaca buku tersebut. Mereka membelinya untuk dijadikan hadiah atau pajangan di rak."



Disini saya tidak akan memberi solusi yang tepat untuk saudara saudari pembaca yang budiman untuk mengatasi problem membaca anda, yang jelas satu hal yang perlu kita ingat dan perlu kita pegang adalah, 
" Setiap 5 detik sekali, satu orang di dunia meninggal dunia tentu bukan karena malas membaca maupun terlalu banyak menonton TV, tetapi karena satu  penyakit yang hingga kini tak pernah ditemukan obatnya yaitu HIV/AIDS, maka dari itu untuk menjadi orang yang bebas dari penyakit mematikan tersebut banyak banyaklah membaca kiat kiat menghindari penyakit tersebut, dengan ketakutan akan penyakit yang menyebabkan minat baca kita mengenai hal tersebut meningkat, semoga mendorong minat baca kita menganai hal hal lain yang bermanfaat" 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar