Pages

"Kantong ketawa anda memang suatu anugrah paling indah yang tuhan pernah kasih, hendaknya digunakan sebaik baiknya, dan jangan berlebihan sebelum sindrom tuna ketawa menggerogoti hidup anda"

Selasa, 11 Februari 2014

Don Jon: Realita yang susah diterima dengan akal seorang lelaki dewasa: Sebuah awal

Sumber

Terkadang, ketika kita memutuskan untuk memilih film comedy | drama | romance, pikiran "buas" kita tanpa atau dengan sengaja terangsang. Sudah pasti banyak adegan-adegan yang liar, dunia malam, wanita-wanita seksi, aurat yang secara bebas dipublikasikan, obat-obatan terlarang maupun kata-kata kotor yang terucap begitu saja yang seakan tanpa pertimbangan apapun. Tidak jauh berbeda dengan comedy | drama | romance lain,
film garapan Joseph Gordon-Levitt, yang sekaligus dibintanginya sendiri ini, mempertontonkan hal-hal yang serba erotis tadi. Melalui tokoh Jon (Joseph Gordon-Levitt), dibangunlah karakter playboy, yang mengabdikan dirinya untuk keluarga, gereja, dan teman-temannya. Disini menjadi unik, karena hal-hal religius maupun rasa cinta terhadap keluarga dan teman sedikit jauh dari gambaran tokoh playboy, walaupun memang dengan tubuh atletis, mimik wajah serta tongkrongan yang wah serta doyan nge-club, dia berhasil menggaet banyak wanita, dengan pendekatan ala playboy, dari mulai berkenalan, kongkow, sampai ke ranjang. Awalnya penonton dibuat bosan, dengan aktivitas-aktivitas yang sama setiap hari nya, diulang sampai 3-4 kali. Tiba-tiba malam, dan Jon sudah bersama teman-teman nya di club, melirik seorang wanita, berkenalan, kongkow, dan kemudian bercinta, pagi nya gereja, pengampunan dosa, fitnes, dan malam sebelum tidur nge-jabanin porn video kesayangannya. Seolah wanita adalah hal paling remeh di dunia, dimata Jon, berganti tiap 2x sehari. Namun uniknya, Jon tidak cukup puas dengan apa yang secara seksual diberikan oleh wanita-wanitanya Jon, sehingga ia memilih porn video yang bisa dikatakan sebagai puncak kepuasan seksualnya.

Seseorang yang terkena gangguan psiko-bokep akut
Sepertinya "penyakit" psikologi yang di derita Jon ini bisa dikatakan sebagai hal pokok yang menghidupkan cerita dalam drama ini. Penyakit yang secara psikologi disebut Scopophilia adalah perilaku seseorang yang mempunyai preokupasi (kecenderungan sikap) yang terus menerus secara fantasi maupun tindakan untuk mengamati (observing) orang-orang yang telanjang atau sedang melakukan aktifitas seks Dalam konteks ini terlihat bahwa ada proses mengamati dan bukan ikut aktif di dalam kegiatan seks tersebut (sumber). Namun tidak bisa dikatakan menderita penyakit ini, karena dia aktif melakukan kegiatan seks. Dan dampak dari penyakit ini begitu besar dalam cerita yang dibangun melalui penokohan Jon yang cenderung tempramen, sarkas,dan soyan ngomong jorok, dan memiliki gestur yang ke-gangster-gangster-an. Hal ini tentu tak lepas dari lingkungan Jon yang mendukung perilakunya tersebut. 

Moment-moment heroik
Scarlett Johansson (Barbara), salahsatu sosok wanita penting yang lagi-lagi membuat adrenalin Jon tertantang, namun Ia posesif, dan over protect, lagi-lagi porn video-addicted yang diderita Jon menjdai penghalang hubungan yang bisa dikatakan paling serius dibanding sebelum-sebelumnya. Namun dilihat dari segi psikologi memang, Barbara merasa diselingkuhi, dalam hal ini, Jon ada dalam dua dimensi, dimensi Barbara di satu sisi dan dimensi Pornstar pada sisi yang lain, ditambah dengan segala keposesifan Barbara yang membatasi Jon.
Julianne Moore (Esther), mungkin banyak yang menyangka, dia hanya tokoh pelengkap, karena kehadiran Ester, jauh dari dunia Jon (dunia malam), mereka justru bertemu di tempat yang kurang diperhatikan penonton, sekolah. Ditambah dengan reaksi Jon yang cenderung biasa, bahkan menganggap bodoh akah kehadiran Ester. Namun justru Ester muncul dari "penyamaran" karakternya sebagai pahlawan, dengan segala keanehan karakter nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar