Menikam diriku sendiri dengan sebuah tambang serabut kelapa, kalau perlu itu ku lakukan untuk membuktikan, bahwa aku bukanlah Alien. Aku berasal dari moyang yang sama dengan mu, dengan sanak saudara mu semua. Gigiku utuh seperti manusia, karena tidak skoliosis dan memiliki kelainan tulang belakang, aku berjalan tegak seperti manusia normal pada umumnya, hanya saja aku memang sedikit bungkuk, karena aku memang pemalas dan suka tidur. Dalam mengitari bumi ini, aku tak menggunakan -yang disebut manusia pada dimensimu (agar kau tak marah jika ku samakan aku patut ada dalam satu dimensi denganmu) sebagai- Unidentify Flying Object, aku mengendarai motor matic -baru- untuk pergi ke mana suka. Ketika lelah aku juga meneteskan peluh yang rasa nya asam seperti punya mu, seperti punya manusia umum pada dimensimu, lantas kenapa kau masih saja memfitnah aku sebagai Alien?
Aku menggunakan smart phone, aku pernah juga jatuh cinta -walaupun jarang- , aku pernah juga sesekali marah dan bertingkah konyol selayaknya manusia pada dimensi dimana kamu memaki-maki setiap aral lintangan yang tak kuat kau pikul sendiri. Aku memiliki motivasi hidup, sehingga aku memutuskan untuk bekerja, sebagai pustakawan, aku hidup di dunia mu, tapi aku takut kamu marah jika tau kalau aku bilang aku hidup di duniamu. Terkadang aku absurd juga seperti pekerti wajar manusia pada dimensimu, aku mengalami sebuah realitas yang terkadang kulihat terbalik sehingga aku punya yang namanya selera humor, aku punya -hampir- segala adab normatif miliki manusia normal seperti dalam dimensimu.
Bukankah manusia baik sepertimu harusnya adil dalam berpikir? Kau saleh secara sosial dan teologis, aku tau. Tapi masih saja kau anggap aku Alien.
Aku menggunakan smart phone, aku pernah juga jatuh cinta -walaupun jarang- , aku pernah juga sesekali marah dan bertingkah konyol selayaknya manusia pada dimensi dimana kamu memaki-maki setiap aral lintangan yang tak kuat kau pikul sendiri. Aku memiliki motivasi hidup, sehingga aku memutuskan untuk bekerja, sebagai pustakawan, aku hidup di dunia mu, tapi aku takut kamu marah jika tau kalau aku bilang aku hidup di duniamu. Terkadang aku absurd juga seperti pekerti wajar manusia pada dimensimu, aku mengalami sebuah realitas yang terkadang kulihat terbalik sehingga aku punya yang namanya selera humor, aku punya -hampir- segala adab normatif miliki manusia normal seperti dalam dimensimu.
Bukankah manusia baik sepertimu harusnya adil dalam berpikir? Kau saleh secara sosial dan teologis, aku tau. Tapi masih saja kau anggap aku Alien.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar