Aku baru pulang saat hujan tak juga kunjung reda. Jadi aku memutuskan
untuk menerjang. Air berderai, lebat dan serta tajam-tajam menggoreskan
deretan garis pemisah jalan yang berjenjang dan putus-putus. Aku jadi
seperti berjalan di hutan. Sebuah lagu yang terus kunyanyikan berulang
kali, aku lupa liriknya, dan tak banyak peduli tentangnya. Cuma mau
menyampaikan saja.
Aku jadi teringat kala itu. Ku putar kembali memori yang telah lama kusut dan lusuh jari-jarinya. Membilak-balik lipatan demi lipatan yang telah banyak tertimbun barang-barang perkakas lama serta puing remahan atapku yang selalu rapuh diinjak-injak kediktatoran tikus serta pengerat lawanannya.
Ku lihat, kamu masih arogan seperti biasanya. Menerocos dan sering lebay seperti biasanya. Sampai kapan kamu mengutukku terus? Pasti kau jawab, aku tak pernah mengutukmu, kau selalu begitu, ya, selalu begitu. Aku pun begitu, tapi pada kesempatan ini kamu yang begitu, kalau aku begitu di kesempatan lain, sudah lain permasalahannya!
Aku jadi teringat kala itu. Ku putar kembali memori yang telah lama kusut dan lusuh jari-jarinya. Membilak-balik lipatan demi lipatan yang telah banyak tertimbun barang-barang perkakas lama serta puing remahan atapku yang selalu rapuh diinjak-injak kediktatoran tikus serta pengerat lawanannya.
Ku lihat, kamu masih arogan seperti biasanya. Menerocos dan sering lebay seperti biasanya. Sampai kapan kamu mengutukku terus? Pasti kau jawab, aku tak pernah mengutukmu, kau selalu begitu, ya, selalu begitu. Aku pun begitu, tapi pada kesempatan ini kamu yang begitu, kalau aku begitu di kesempatan lain, sudah lain permasalahannya!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar