Pada dasarnya setiap lapisan sosial tentu mempunyai sebuah budaya, budaya dipandang sebagai sesuatu yang sakral, dibawa kemana2,baik perjalanan jauh maupun dekat,jangan lupa bawa budaya, anti mabuukk lhooo!!!#???
------------apalah artinya sebuah prolog-------------------jika prolog itu tak ada artinya----------------------
Berkembangnya seni pertunjukan, dimana untuk kesempatan hidup sekali ini saja, singkatnya saya akan mengulas mengenai seni banyolan,lawak, atau kurang tepat mungkin istilah yang saya gunakan, diiringi dengan berbagai penjurusan,pembagian atas berbagai aliran atau genre tersendiri. Masing masing genre mempunyai keunggulan serta tingkat reaksi-sugesti tawa tersendiri bagi penontonnya. Dengan berbagai resep racikan masing2,tentu persaingan di dunia penuh abab dan kencing ini begitu seksi(awalnya saya mau nulis ketat, karena khawatir mengundang aliran jin dan syaitan buat nyacat tulisan ini, jadi saya tulis seksi aja, karena seksi identik dengan ketat)
Pada awalnya seni refleksi rahang mulut yang dapat menjadikan kram secara berkelanjutan ini merupakan seni polos, tanpa kontroversi, imut, namun seperti seni dan budaya lain, seiring dengan perkembangan zaman yang dipertuan oleh yang namanya paham moderenizm, semua serba diperbaharui, semua di-per-gila oleh trend, bahkan pepatah jawa tak mau ketinggalan menyumbangkan quote nya "saiki jaman edan, sing ora edan ora kumanan" (sekarang jaman gila, yang nggak gila nggak kebagian" (kebagian gila kali ya??<bukan bagian dari quote)
Dengan berbagai basa basi diatas, singkatnya seni lawakpun ikut jadi "edan" dibuatnya, berbagai elemen elemen moderen ditambahkan secara perlahan, kata kata kotor, umpat mengumpat, saling menjatuhkan, bahkan orang orang yang dikategorikan sebagai manusia awam, yang awalnya buta akan kata kata jorok pun, ngikut jadi jorok, terjadilah jorokorizm ngaworologi (istilah populer untuk budaya jorok yang ngawur).
------------apalah artinya sebuah prolog-------------------jika prolog itu tak ada artinya----------------------
Berkembangnya seni pertunjukan, dimana untuk kesempatan hidup sekali ini saja, singkatnya saya akan mengulas mengenai seni banyolan,lawak, atau kurang tepat mungkin istilah yang saya gunakan, diiringi dengan berbagai penjurusan,pembagian atas berbagai aliran atau genre tersendiri. Masing masing genre mempunyai keunggulan serta tingkat reaksi-sugesti tawa tersendiri bagi penontonnya. Dengan berbagai resep racikan masing2,tentu persaingan di dunia penuh abab dan kencing ini begitu seksi(awalnya saya mau nulis ketat, karena khawatir mengundang aliran jin dan syaitan buat nyacat tulisan ini, jadi saya tulis seksi aja, karena seksi identik dengan ketat)
Pada awalnya seni refleksi rahang mulut yang dapat menjadikan kram secara berkelanjutan ini merupakan seni polos, tanpa kontroversi, imut, namun seperti seni dan budaya lain, seiring dengan perkembangan zaman yang dipertuan oleh yang namanya paham moderenizm, semua serba diperbaharui, semua di-per-gila oleh trend, bahkan pepatah jawa tak mau ketinggalan menyumbangkan quote nya "saiki jaman edan, sing ora edan ora kumanan" (sekarang jaman gila, yang nggak gila nggak kebagian" (kebagian gila kali ya??<bukan bagian dari quote)
Dengan berbagai basa basi diatas, singkatnya seni lawakpun ikut jadi "edan" dibuatnya, berbagai elemen elemen moderen ditambahkan secara perlahan, kata kata kotor, umpat mengumpat, saling menjatuhkan, bahkan orang orang yang dikategorikan sebagai manusia awam, yang awalnya buta akan kata kata jorok pun, ngikut jadi jorok, terjadilah jorokorizm ngaworologi (istilah populer untuk budaya jorok yang ngawur).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar